Rumah Cerdas Bandung
Senin, 29 September 2014
Minggu, 07 September 2014
Anak Anak Rumah Cerdas Malang
Inilah Perbincangan Para Calon Ilmuwan di Kelas Todler Rumah Cerdas
Seperti biasa saat
anak-anak istirahat menikmati bekal kuenya masing-masing para guru
memanfaatkannya untuk bergantian melaksanakan sholat dhuha. Demikian pula yang
saya lakukan pagi itu. Memasuki rakaat kedua tiba-tiba bacaan sholat saya
terhenti. Telinga saya menangkap obrolan dari para anak didik saya.
Salah seorang anak
tersebut berkata tentang buaya. Dengan serta merta temannya yang lain menyahut.
“Buaya itu binatang
carnivora. Kalau yang makan tumbuhan itu binatang herbivora. Betul kan Ki?”
nampaknya Erland tidak yakin. Ia mencari
pembenaran statmennya pada Kiki temannya.
“Iya
bener” tukas Kiki tegas.
Sertamerta
tanpa dikomando mereka serempak menyanyikan lagu tema binatang. Teman-tema yang
lain yang berada di sekitarnya ikut nimbrung. Seingat saya lagu tersebut saya
ajarkan ketika pelajaran dengan tema binatang beberapa waktu yang lalu.
Ternyata mereka sudah hafal dan mernyanyikannya dengan penuh semangat.
“Carnivora hewan pemakan
daging, herbivora makan tumbuh-tumbuhan. Begitu ya Ki?” lagi-lagi Erland
meminta pembenaran kepada Kiki ketika dia merasa tidak yakin.
Kiki
membenarkan. Ia kemudian menyebutkan binatang-bintang lain. Mana yang termasuk
Carnivora mana yang termasuk herbivora dan seterusnya. Teman-teman yang lain
juga masing-masing berteriak menyampaikan pendapatnya. Seingat saya mereka
menyebutkannya dengan tepat.
Tito bahkan meraih boneka sapi di dekatnya. Memperlihatkan
pada teman-temannya sembari menjelaskan.
“Ini binatang mamalia. Binatang mamalia menyusui
anaknya!” ucapnya bersemangat.
Subhanallah. Saya tersentak mendengarnya. Ada
keharuan yang mengalir dalam dada. Anak-anak todler ini ternyata sudah menangkap pelajaran yang pernah saya
sampaikan pada mereka. Mereka ibarat para ilmuwan yang sedang berdiskusi
tentang klasifikasi binatang.
Ups!Saya hampir terlupa bahwa saya sedang sholat dhuha. Sungguh saya
menangkap semua pembicaraan mereka.Astaghfirullah. Jadilah saya mengulangi
kembali sholat dhuha saya.
Senin, 01 September 2014
Dua Keping Kue Itu....
Dua Keping Kue Itu....
Di ambil dari buku Anakku Inspirasiku by Rumah Cerdas
Sekolah sudah mulai sepi.
Sore itu anak-anak Rumah Cerdas sudah pada pulang dijemput orang tuanya
masing-masing. Ah, tidak.Masih ada satu yang tertinggal. Rupanya Kiki belum
dijemput. Tiba-tiba ia datang menghampiri saya. Tampak dua keping kue
tergenggam di tangannya.
“Bunda, minta tolong
bukakan kuenya” Saya memungut kue itu dari tangannya. Rasa-rasanya ini kue yang
ada di keranjang tempat kue yang tadi saya lihat. Kue ini adalah kue milik
siswa todler yang tertinggal.
“Maaf Kiki, tapi ini kue
milik siapa? Apakah kue Kiki?” tanya saya memancing.
“Bukan. Ini kuenya Erland”
spontan ia menjawab.
“Apakah Kiki tadi sudah
ijin Erland?” tanya saya lagi mengamati mimik wajahnya.
“Belum”
“Lalu kalau belum ijin, menurut
Kiki boleh dimakan atau tidak?”
“Tidak boleh” jawabnya
polos.
“Kalau bagitu sebaiknya apa
yang kita lakukan ya?” Pancing saya lagi.
Kiki terdiam. Saya tahu ia
sangat ingin memakan kue itu. Saya menyimpulkan itu dari ekspresi wajahnya.
Tapi apa kalimat yang muncul dari bibir mungil itu sungguh mencengangkan.
“Harus dikembalikan bunda.
Besok diberikan kembali pada Erland” Kiki menyerahkan kedua kue itu kepadaku.
Secepatnya saya memberikn apresiasi. Saya peluk sosok mungil di depan saya
itu. Hati saya bergetar.
“Alhamdulillah Kiki
sayang. Hebat sekali. Sudah bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang
tidak”
Anak itu tersenyum lebar. Membalas pelukuan saya.
Langganan:
Postingan (Atom)